Penyakit ginjal masih menjadi masalah besar bagi dunia. Selain sulit disembuhkan, biaya perawatan dan pengobatan penderita gagal ginjal sangat mahal.

Teknologi sudah menciptakan mesin hemodialisis untuk mencuci darah. Namun, kompensasi biaya yang harus dibayar penderita sangat mahal sebagai konsekuensi besarnya biaya operasional, administrasi, dan lain-lain.

Menurut catatan Yayasan Ginjal Diatrans Indonesia (YGDI), cuci darah sulit diakses negara berkembang, apalagi negara miskin. YGDI adalah yayasan yang didirikan para pasien ginjal di Tanah Air.



Dr Mohamad Suhud, Kepala YGDI, mengungkapkan, jumlah pasien di Indonesia diperkirakan 60.000 orang dengan pertambahan 4.400 pasien baru setiap tahun, sedangkan jumlah mesin cuci darah yang ada di Indonesia sekitar 1.000 unit. Jumlah ini hanya bisa melayani 4.000 orang setiap tahun. Ini berarti jumlah pasien yang dapat dilayani kurang dari 10 persen.

Tindakan medis untuk mengatasi pasien ginjal dapat dilakukan di Indonesia. Namun, masalah sosial akibat mahalnya biaya cuci darah belum bisa diatasi.

Suhud mengatakan, cuci darah dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien ginjal. Pasalnya, banyak pasien ginjal yang menjadi satu-satunya penopang ekonomi rumah tangga. ”Dengan cuci darah, pasien ginjal bisa bekerja. Uang yang mereka hasilkan dapat menyambung hidup keluarga. Ini berarti memperpanjang kualitas hidup manusia,” tuturnya.

Diet ketat

Selama menjalani cuci darah, pasien ginjal harus menjalani diet ketat. Selain diet makanan, pasien juga harus membatasi minum.
Priyohutomo, misalnya, setiap hari hanya boleh minum maksimal 700 ml. Jumlah itu sudah termasuk kandungan air dalam buah-buahan yang dikonsumsi.

Cuci darah selama 4-5 jam umumnya menimbulkan stres fisik pada penderita gagal ginjal. Selesai dicuci, penderita merasa lelah, sakit kepala, berkeringat dingin, kram, dan tak buang air seni. Hal ini terjadi karena tekanan darah menurun dan sel darah merah pecah.

Pengaruh lain bersifat kejiwaan. Sebagian besar penderita mengalami fase konflik dependen-independen, yaitu dari manusia mandiri menjadi manusia yang harus bergantung pada sesuatu.

Di DKI Jakarta, menurut data YGDI, penyakit gagal ginjal paling banyak disebabkan infeksi (40,12 persen), batu ginjal (36,07 persen), komplikasi diabetes melitus (6,13 persen), tekanan darah tinggi (2,09 persen). Sedangkan sebagian kecil lain karena trauma, gangguan sirkulasi, tumor, dan keracunan obat. (IND)

Sumber: Yayasan Ginjal Diatrans Indonesia

Ayo Berlangganan

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

Mengenai Saya

Saya bukan siapa-siapa hanya sekedar orang yang ingin berbagi ilmu.

Translate this blog with

Link Exchange

Followers

Play list

Discover the playlist Classical Music of felix9876
Free Earth MySpace Cursors at www.totallyfreecursors.com
blogarama - the blog directory
Add to Technorati Favorites
Directory of Science Blogs

Rate Me on BlogHop.com!
the best pretty good okay pretty bad the worst help?

100 Blog Indonesia Terbaik
Diberdayakan oleh Blogger.

Back Link

Free Automatic Backlink